perbanyakan krisan melalui stek
Budidaya Tanaman Krisan Metode Stek
– Perkembangan bisnis tanaman hias telah berkembang dengan pesat dalam
beberapa dekade terakhir ini yang disebabkan oleh meningkatnya daya beli
dan kesejahteraan masyarakat sehingga preferensi untuk memenuhi
kebutuhan kepuasan akan keindahan dengan tanaman hias lebih tinggi.
Salah satu tanaman hias yang cukup populer di Indonesia bahkan pasar
internasional adalah krisan (Chrysanthemum morifolium).
Pengenalan Awal Tanaman Krisan / Seruni
Krisan (Chrysanthemum morifolium)
atau dikenal juga dengan seruni merupakan salah satu jenis tanaman hias
populer yang digunakan sebagai bunga potong dan tanaman pot. Tanaman
ini mempunyai bentuk mahkota yang beragam dan warna bunga yang
bervariasi.
Selain menghasilkan bunga potong dan
tanaman hias bunga pot yang dimanfaatkan untuk memperindah ruangan dan
menyegarkan suasana beberapa varietas krisan juga ada yang berkhasiat
sebagai obat, antara lain untuk obat sakit batuk, nyeri perut dan sakit
kepala akibat peradangan rongga sinus (sinusitis) dan sesak nafas.
Krisan adalah komoditas penting dalam
perdagangan tanaman hias dunia. Tanaman ini merupakan tanaman subtropis,
namun telah banyak dikembangkan di daerah tropis, salah satunya di
Indonesia. Daerah sentra produsen krisan di Indonesia antara lain
Cipanas, Cisarua, Batu, Nangkojajar, Sukabumi, Lembang, Bandungan, dan
Brastagi. Krisan telah dikenal lama sebagai tanaman hias di dataran
tinggi dan industri komersialnya mulai menggeliat pada awal 1990.
Data statistik produktivitas tanaman
krisan dalam 5 tahun terakhir menunjukkan angka yang terus meningkat,
pada tahun 2005 produksinya mencapai 47,465,794 tangkai, tahun 2006
berjumlah 63,716,256 tangkai, pada tahun 2007 sebanyak 66,979,260
tangkai, pada tahun 2008 berjumlah 99,158,942 tangkai, pada tahun 2009
sebanyak 107,847,072 tangkai, pada tahun 2010 mencapai 120,485,784
tangkai, dan akan terus meningkat setiap tahunnya (BPS, 2011).
Teknik perkembangbiakan yang tepat akan
menghasilkan produksi bibit yang cepat dan melimpah. Secara umum
Perkembangbiakan krisan terjadi melalui dua cara, yaitu perkembangbiakan
generatif (melalui biji) dan perkembangbiakan vegetatif (melalui bagian
vegetatif tanaman).
Dalam perkembangbiakan generatif untuk
menghasilkan keturunan baru membutuhkan waktu yang lama, berbeda dengan
perkembangbiakan vegetatif yang relatif lebih cepat dalam menghasilkan
keturunan yang baru.
Perkembangbiakan vegetatif dapat terjadi
secara alami atau buatan. Perkembangbiakan vegetatif alami merupakan
jenis perkembangbiakan vegetatif yang terjadi secara alami pada
bagian-bagian tanaman, misalnya umbi batang, umbi lapis, rhizome, dan
stolon. Namun krisan banyak dikembangbiakan secara vegetatif buatan
dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk
ditumbuhkan menjadi tanaman baru.
Baca juga : Teknik Perbanyakan Vegetatif Anggrek
Perkembangbiakan vegetatif buatan ini
mudah dilakukan dan cepat juga dalam mendapatkan keturunan baru yang
diinginkan. Berbagai jenis perkembangbiakan vegetatif buatan diantaranya
adalah perkembangbiakan vegetatif dengan stek (daun, umbi, dan batang),
perbanyakan vegetatif dengan grafting dan budding, dan perbanyakan
vegetatif dengan cangkok.
Tanaman Krisan (Chrysanthemum
morifolium) pada umumnya diperbanyak secara vegetatif, meskipun cara
generatif juga dapat dilakukan. Hal ini tidak lepas dari keunggulan
perbanyakan vegetatif, yaitu relatif lebih cepat dalam menghasilkan
keturunan baru jika dibandingkan dengan perbanyakan generatif.
Stek merupakan metode perbanyakan
tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang,
akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai
alternatif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih
mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus, dan cepat dibandingkan
dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Metode stek ini dapat
diaplikasikan pada tanaman yang mudah berakar, salah satunya adalah
krisan.
Teknik Perbanyakan Vegetatif Kristan Metode Stek
Cara Kerja :
- Tanaman Krisan induk yang telah berumur ± 3 bulan dan telah cukup memiliki tunas yang panjang disiapkan.
- Tunas dipotong dengan menggunakan gunting atau pisau stek.
- Dipilih 3 daun teratas.
- Sebelum ditanam, tanaman yang sudah dipotong dibasahi dahulu dengan fungisida.
- Dicelupkan pada Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Growtone.
- Ditanam pada media arang sekam.
Penjelasan Teknis Dan Ilmiah
Stek batang dikelompokkan menjadi empat
macam berdasarkan jenis batang tanaman, yakni berkayu keras, semi
berkayu, lunak, dan herbaceus. Untuk tanaman Krisan termasuk stek batang
yang tergolong herbaceus dan panjang stek yang biasa digunakan adalah
7,5 – 12,5 cm.
Baca Juga : Budidaya Rumput Gajah Untuk Pakan Sapi
Tanaman Krisan yang dipotong untuk stek
batang merupakan tanaman induk yang telah berumur ± 3 bulan dan telah
cukup memiliki tunas yang panjang (Gambar 1). Hasil pemotongan stek
kemudian dipilih 3 daun teratas (Gambar 2), hal ini bertujuan agar
proses pembentukan akar tidak terhambat.
Zat pengatur tumbuh yang paling berperan
pada perakaran stek adalah auksin, sementara produksi auksin yang
tertinggi terdapat pada tunas-tunas daun muda. Dengan demikian apabila
produksi auksin tinggi, maka akan menstimulasi perakaran pada stek.
Media
yang digunakan untuk pertumbuhan krisan hasil stek adalah arang sekam
(Gambar 3). Namun sebelum ditumbuhkan, hasil stek terlebih dahulu
dibasahi dengan fungisida kemudian batangnya dioleskan dengan zat
pengatur tumbuh growtone.
Pembasahan terhadap fungisida bertujuan untuk menekan pertumbuhan jamur yang akan menghambat pertumbuhan hasil stek.
Untuk menunjang keberhasilan perbanyakan
tanaman dengan cara stek menurut adalah tanaman sumber seharusnya
mempunyai sifat-sifat unggul serta tidak terserang hama atau penyakit.
Sementara zat pengatur tumbuh yang
digunakan adalah growtone, yang berfungsi untuk membantu pembentukkan
perakaran stek. Growtone berbentuk serbuk berwarna putih yang merupakan
campuran asam asetik naftalen 3,0 % dengan naftalen asetik amid 0,75%.
Growtone ini mempunyai bahan dasar yang identik dengan Naftalen Acetic
Acid (NAA), yaitu naftalen. NAA bersifat lebih efektif dalam
menstimulasi perakaran stek dibandingkan Indole-3-Acetic Acid (IAA) yang
merupakan auksin alami.
Hasil stek yang telah dioleskan pada ZPT
Growtone kemudian ditumbuhkan pada media organik. Media tanam yang
termasuk kategori bahan organik umumnya berasal dari komponen organisme
hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun, batang, bunga, buah
atau kulit kayu.
Penggunaan bahan organik sebagai media
tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu
dikarenakan bahan organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi
tanaman. Selain itu bahan organik juga memiliki pori-pori makro dan
mikro yang seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik
serta memiliki daya serap air yang tinggi. Beberapa jenis bahan organik
yang dapat dijadikan sebagai media tanam diantaranya arang, sekam,
cacahan pakis, kompos, sabut kelapa, moss, pupuk kandang dan humus.
Oleh karena itu hasil stek dari tanaman
Krisan ditumbuhkan pada media arang sekam (Gambar 6). Arang sekam atau
sekam bakar adalah sekam yang sudah mengalami pembakaran yang tidak
sempurna. Komposisi kimiawi dari arang sekam terdiri dari SiO2 dengan
kadar 52% dan C sebanyak 31%, sementara kandungan lainnya terdiri dari
Fe2O3, K2O, MgO, dan Cu dengan jumlah yang kecil. Karakteristik fisik
dari sekam bakar yaitu berat yang sangat ringan dan kasar, membuat
sirkulasi udara dan air dalam tanaman jadi lebih tinggi sehingga akar
tanaman dapat tumbuh dengan sempurna dan berperan penting dalam
perbaikan struktur tanah.
Tanaman Krisan yang telah ditumbuhkan
pada media arang sekam akan menghasilkan akar yang optimal setelah
dipelihara selama dua minggu, sehingga siap untuk dipindahkan pada media
tanah liat berpasir. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rochiman dan
Harjadi, (2002) bahwa jenis tanah yang ideal untuk krisan adalah tanah
yang bertekstur liat berpasir, subur, gembur dan drainasenya bagus,
tidak mengandung hama atau penyakit menular pada tanah (soil borne), dan
pH tanah berkisar antara 5,5 – 6,7. Selama dua minggu pemeliharaan,
tanaman hasil stek disiram setiap hari dan disemprot dengan fungisida
serta insektisida setiap minggunya.
Keberhasilan perbanyakan dengan cara
stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek
sehingga menjadi tanaman baru. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi
oleh faktor intern yaitu tanaman itu sendiri dan faktor ekstern atau
lingkungan. Salah satu faktor intern yang mempengaruhi regenerasi akar
dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh.
Namun faktor intern yang paling penting dalam mempengaruhi regenerasi
akar dan pucuk pada stek adalah faktor genetik. Jenis tanaman yang
berbeda mempunyai kemampuan regenerasi akar dan pucuk yang berbeda pula.
Selain itu manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan status fisiologi
tanaman sumber juga penting dilakukan agar tingkat keberhasilan stek
tinggi.
Kondisi lingkungan dan status fisiologi yang penting bagi tanaman Krisan :
1. Status air
Stek lebih baik diambil pada pagi hari dimana bahan stek dalam kondisi turgid.
2. Temperatur
Tanaman stek lebih baik ditumbuhkan pada suhu 12°C hingga 27°C.
3. Cahaya
Durasi dan intensitas cahaya yang
dibutuhkan tanaman sumber tergantung pada jenis tanaman, sehingga
tanaman sumber seharusnya ditumbuhkan pada kondisi cahaya yang tepat.
4. Kandungan Karbohidrat
Untuk meningkatkan kandungan karbohidrat
bahan stek yang masih ada pada tanaman sumber bisa dilakukan pengeratan
untuk menghalangi translokasi karbohidrat. Pengeratan juga berfungsi
menghalangi translokasi hormon dan substansi lain yang mungkin penting
untuk pengakaran, sehingga terjadi akumulasi zat-zat tersebut pada bahan
stek. Karbohidrat digunakan dalam pengakaran untuk membangun kompleks
makromolekul, elemen struktural, dan sebagai sumber energi. Walaupun
kandungan karbohidrat bahan stek tinggi, tetapi jika rasio C/N rendah
maka inisiasi akar juga akan terhambat karena unsur N berkorelasi
negatif dengan perakaran stek.
Faktor lingkungan tumbuh stek yang cocok
sangat berpengaruh pada terjadinya regenerasi akar dan pucuk.
Lingkungan tumbuh atau media perakaran seharusnya kondusif untuk
regenerasi akar yaitu cukup lembab, evapotranspirasi rendah, drainase
dan aerasi baik, suhu tidak terlalu dingin atau panas, tidak terkena
cahaya penuh (200-100 W/m2) dan bebas dari hama atau penyakit.
https://pakbuz.wordpress.com/2011/08/.../stek-batang-solusi-untuk-perbanyakan-krisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar