Rabu, 01 Februari 2017

kultur krisan



 KULTUR JARINGAN TANAMAN KRISAN

Kultur Jaringan pada Tanaman Krisan
Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau
Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran
Cina, dikenal dengan Chrysanthenum indicm (kuning), C. morifolium (ungu dan pink) dan C.
daisy (bulat, ponpon).
Klasifikasi botani tanaman hias krisan sebagai berikut:
Divisi : Spermathophyta
Sub Divisi  : Angiospermae
Famili  : Asteraceae
Genus  : Chrysanthemum
Species  : C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy dll
Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida. Krisan yang ditanam
di Indonesia terdiri atas:
a. Krisan lokal (krisan kuno).
Ciri-cirinya antara lain sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara 7-12 bulan dalam
satu kali penanaman. Contoh C. maximum  berbunga  kuning  dan berbunga putih di
Cipanas (Cianjur).
b. Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida)
Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tanaman annual. Contoh krisan ini adalah
C. indicum hybr. Dark Flamingo, C. i.hybr. Dolaroid,C. i. Hybr. Indianapolis (berbunga
kuning) Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van Zaal (berbunga merah)
dan Pink Pingpong (berbunga pink).
c. Krisan produk Indonesia Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas varietas
krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A.
Kegunaan tanaman krisan yang utama adalah sebagai bunga hias. Sebagai bunga hias,
krisan di Indonesia digunakan sebagai: a) Bunga pot Contoh krisan mini (diameter bunga
kecil) ini adalah varietas Lilac Cindy (bunga warna ping keungu-unguan), Pearl Cindy (putih
kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putih kehijau-hijauan), Applause
(kuning cerah), Yellow Mandalay (semuanya dari Belanda). Krisan introduksi berbunga besar
banyak   ditanam   sebagai  bunga   pot,  terdapat  12   varietas  krisan   pot  di  Indonesia,   yang terbanyak ditanam adalah varietas Delano (ungu), Rage (merah) dan Time (kuning). b) Bunga potong Contoh bunga potong antara lain Inga, Improved funshine, Brides, Green peas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah, Klondike dll.
Perbanyakan dengan Jaringan  Kultur  merupakan suatu  metode  untuk mengisolasi
bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ , serta menumbuhkannya   dalam   keadaan   aseptik,   sehingga   bagian-bagian   tersebut   dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh kembali.
Tujuan kegiatan kultur jaringan adalah perbanyakan masal tanaman yang biasanya
sangat lambat dengan metoda konvensional dalam jumlah yang besar dalam waktu yang
singkat, selain itu diperoleh tanaman yang bebas virus.
ü Langkah-langkah Kultur Jaringan pada Krisan :
1. Pengambilan eksplan atau sumber eksplan krisan berupa pucuk dan nodus berasal dari
tanaman induk krisan dan planlet. Pembuatan Media MS Media yang digunakan untuk
tanaman krisan adalah media induksi tunas dan media perbanyakan. Komposisi media
yang digunakan untuk induksi tunas adalah½ MS + 0.5 IAA komposisi media yang
digunakan untuk perbanyakan adalah½ MS + 0.1 IAA
2. Menyiapkan Eksplan
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan sebagai bahan kultur adalah
jenis tanaman, bagian tanaman yang digunakan, morfologi permukaan, lingkungan
tumbuhnya, kondisi tanaman, dan musim waktu mengambilnya. Umumnya bagiantanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah jaringan muda yang sedang aktif
karena mempunyai regenerasi yang tinggi.  Eksplan yang digunakan pada tanaman
krisan adalah nodus karena untuk menginduksi tunas aksilar.
3. Kultur Aseptik Krisan Sterilisasi
Tujuan   utama   tahap   ini   adalah   mengusahakan   kultur   yang   aseptik   dan   aksenik.
Aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan, sedangkan aseptic
berarti bebas dari mikroorganisme.
4. Pemilihan dan Penyipan Tanaman Induk
Sebelum melakukan kultur jaringan  untuk  suatu tanaman kegiatan pertama  harus
dilakukan   adalah   memilih   tanaman   induk   yang   hendak   diperbanyak.   Klon   yang
mempunyai sifat beda, unik, stabil dan seragam kemudian dijadikan tanaman induk
tunggal dan sebagai tanaman donor (bahan eksplan) untuk perbanyakan secara in
vitro.
Pengerjaannya   dilakukan   dalam   ruang   laminar   agar   terhindar   dari   kontaminan.
Penanamannya dikelompokkan berdasarkan nomor ruas. Setiap botol diisi 5 eksplan dan
diulang empat kali. Botol kultur selanjutnya diinkubasi dalam ruang pertumbuhan dengan
pencahayaan 16 jam di bawah lampu fluoresen 40 watt, suhu 24-26 oC, dan kelembapan 60-
80% hingga eksplan tumbuh menjadi planlet.
Cara Sterilisasi Untuk Tanaman Krisan
          Mengambil eksplan yang telah diseleksi berdasarkan ketahanan vigor, hama penyakit, dan jumlah daun 4 - 5 helai atau 3 - 4 nodus.
         Memotong eksplan per nodus dengan mengurangi atau memotong sebagian helai daun.
         Eksplan direndam dalam larutan Benlatte dan Bactomicyn (fungisida dan bakte-ri sida) , masing-masing sebanyak 1 g/300 ml aquades sambil dikocok-jocok sela- ma 30 menit.
         Membilas eksplan dengan air aquadest sebanyak 4 - 5 kali.
         Selanjutnya eksplan dibawa ke laminar.
         Eksplan dimasukkan ke dalam larutan tween 2 tetes/100 ml aquades sambil dikocok-kocok selama 5 menit.
         Eksplan dimasukkan ke dalam larutan Chlorox 0.5 % selama 5 menit sambil dikocok-kocok.
         Selanjutnya eksplan dimasukkan ke dalam larutan Chlorox 1 % selama 3 menit sambil dikocok-kocok.
         Eksplan dibilas dengan air destilasi sebanyak 5 - 6 kali.
Penanaman Eksplan Kegiatan dan Media Tanam
Penanaman eksplan ke dalam botol kultur disebut dengan inokulasi. Kegiatan ini dilakukan setelah eksplan disterilisasi, diawali dengan memotong bagian permukaan eksplan. Selanjutnya eksplan berupa nodus ditanam sebanyak dua buah dalam media ½ MS + IAA 0.5 mg/l, sedangkan eksplan berupa pucuk tidak perlu ditanam, cukup diletakkan saja pada media yang sama sebanyak 3 buah. Sebelum ditutup dengan plastik wrap, plastik transparan, dan karet, botol media yang telah ditanami terlebih dahulu dipanaskan di atas api bunsen. Selanjutnya botol diberi label jenis tanaman dan tanggal penanaman. Eksplan yang telah dikulturkan dibawa ke ruang inkubasi dan dibiarkan sampai tumbuh.
Multiplikasi
Cutting atau Multipikasi bertujuan untuk memperbanyak propagul sedangkan, Sub kultur adalah usaha untuk menggantikan media dalam kultur jaringan dengan media yang baru, sehingga kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan kalus dapat terpenuhi. Berikut ini adalah uraian tentang teknik pelaksaan sub kultur pada media padat. Dari media pertama, kultur dipindahkan ke media regerasi selama sekitar tiga minggu. Setelah itu, apabila kita bertujuan untuk memperbanyak propagul atau multifikasi,maka kita lakukan pemindahan media baru dan apabila tanamannya berbatang maka kita lakukan stek/ cutting contohnya pada tanaman krisan kita perbanyak dengan cara memotong perbuku. Atau per dua buku tergantung titik tumbuh daun, yang akan menjadi cabang baru.
Namun biasanya cuttig krisan dilakukan stelah tanamn tumbuh sempurna dan besar. Hal ini untuk memeudahkan perbanyakan, sehingga dapat memeprbanyak
tanpa batas.
Tunas-tunas hasil perbanyakan di laboratorium kultur jaringan diseleksi untuk memperoleh tunas yang pertumbuhannya sehat, vigor baik, dan tidak menunjukkan gejala penyimpangan. Tunas terpilih kemudian dikeluarkan dari botol secara hati-hati dengan menggunakan pisau skalpel, kemudian dipotong tiap ruas/buku dari ruas 1 sampai 4. Pemotongan dilakukan di dalam petridis menggunakan pisau kultur. Bagian tanaman yang digunakan adalah pucuk atau ruas 1, 2, 3, dan 4. dan stelah itu dimasukan kedalam media sub kultur dengan media ½ MS + 0.5 IAA.Pembentukan akar umumnya dimulai dengan pemindahan indol acetic acid (IAA) yang diproduksi pucuk tanaman ke bagian batang yang luka untuk menstimulasi pembentukan akar (Brenner et al. 1987).
Setelah pomotongan, umumnya setek tidak sensitif terhadap hormon. Pada fase ini terjadi dediferensiasi, sel-sel menjadi kompeten dan responsif terhadap hormon. Setelah itu sel-sel aktif membelah (bersifat meristematik) diikuti dengan pembentukan primordia akar, pembentukan akar hingga akar tumbuh dan berkembang (De Klerk et al. 1999). Auksin umumnya berperan penting dalam inisiasi pembentukan akar. Peran auksin akan optimal bila faktor lingkungan juga optimal.

Aklimatisasi
Aklimatisasi merupakan kegiatan akhir teknik kultur jaringan. Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet dari lingkungan yang terkontrol ke kondisi lingkungan tak terkendali, baik suhu, cahaya, dan kelembaban. Aklimatisasi dilakukan untuk mengadaptasikan tanaman hasil kultur jaringan terhadap lingkungan baru sebelum ditanam dan dijadikan tanaman induk untuk produksi dan untuk mengetahui kemampuan adaptasi tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang aseptik. Perubahan kondisi lingkungan yang drastis, dari lingkungan terkontrol ke tidak terkontrol, dari suhu relatif stabil ke suhu lingkungan yang fluktuatif, dari kelembapan tinggi ke rendah dan fluktuatif, dan dari cahaya rendah ke cahaya tinggi pada umumnya menyebabkan tanaman mudah mengalami cekaman atau stres, kehilangan air, layu, dan mati Oleh karena itu, proses aklimatisasi perlu dilakukan secara bertahap, seperti yang diterapkan Winarto (2002) pada anyelir. Aklimatisasi akan membantu tanaman beradaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya.
Metode aklimatisasi dibagi menjadi 2, yaitu metode langsung (direct) dan metode
tidak langsung (indirect).
Metode langsung:
1.      Menyiapkan planlet dalam botol yang akan diaklimatisasi dan mengeluarkan planlet secara hati-hati dari dalam botol.
2.      Membersihkan akar tanaman dari agar-agar yang masih melekat dengan air.
3.      Merendam akar tanaman dalam larutan fungisida dan bakterisida selama 5 menit.
4.      Menanam tanaman pada bak media arang sekam yang telah dibasahi.
5.      Tutup bak dengan plastik transparan selam 1 - 2 minggu.
6.      Setelah 1 -2 minggu plastik dibuka dan tanaman dibiarkan tumbuh dan berkembang dalam bak aklimatisasi hingga minggu ketiga sampai keempat.
7.      Selanjutnya tanaman dipindahkan ke dalam polibag-polibag kecil sampai siap untuk di tanam di lapang.
Metode tidak langsung:
1.      Menyiapkan planlet dalam botol yang akan diaklimatisasi dan mengeluarkan planlet secara hati-hati dari dalam botol
2.      Memotong tanaman tepat pada bagian bawah nodus ketiga kemudian merendamnya dalam larutan fungisida dan bakterisida selama 5 menit.
3.      Menanam tanaman pada bak media arang sekam yang telah dibasahi.
4.      Tutup bak dengan plastik transparan selam 1 - 2 minggu.
Aklimatisasi Planlet di Rumah Kaca Aklimatisasi merupakan tahap penting dalam proses kultur jaringan. Tahap ini sering kali menjadi titik kritis dalam aplikasi teknik kultur jaringan. Aklimatisasi diperlukan karena tanaman hasil kultur jaringan umumnya memiliki lapisan lilin tipis dan belum berkembang dengan baik, sel-sel dalam palisade belum berkembang maksimal, jaringan pembuluh dari akar ke pucuk kurang berkembang, dan stomata sering kali tidak berfungsi, yaitu tidak dapat menutup pada saat penguapan tinggi.

Kultur jaringan Krisan Dengan Eksplan Mata Tunas


Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk merangsang jaringan-jaringan biji (generatif), serta jaringan-jaringan batang, daun, tunas, dan akar (vegetatif) dengan menempatkan jaringan-jaringan tersebut dalam media semai khusus yang berupa padatan atau cairan yang sudah disterilkan sehingga terbebas dari mikroorganisme. Kultur jaringan lebih efektif digunakan untuk pembibitan vegetatif.

Adapun tahapan-tahapan untuk mendapatkan bibit bunga krisan dengan menggunakan kultur jaringan, antara lain:
a)      Menyeleksi induk krisan
Pertama menyeleksi induk krisan agar mendapatkan induk yang berkualitas, sehingga bibit yang dihasilkan berkualitas pula. Ciri  induk krisan yang berkualitas adalah pertumbuhan bunganya cepat, memiliki produktivitas bunga yang cukup tinggi, tidak terserang hama dan penyakit (dalam kondisi sehat), serta memiliki banyak mata tunas.
b)     Pengambilan mata tunas
Proses selanjutnya potong mata tunas dengan suet yang steril, kemudian mata tunas tersebut direndam selama 10 menit dalam Sublimat 0,04 % HgCL. Jika telah selesai, bilas mata tunas tersebut dengan air suling yang steril.
c)      Eksplan (penempatan mata tunas) pada medium padat
Sebelum mata tunas ditempatkan pada medium, perlu adanya persiapan untuk membuat medium tersebut. Medium yang diperlukan adalah medium MS padat yang dicampurkan dengan 150 ml air kelapa per liter, 1,5 mg kinetin per liter, dan 0,5 mg NAA per liter di dalam sebuah wadah yang steril, biasanya wadah yang digunakan adalah botol. Setelah medium dibuat, kemudian masukan mata tunas tadi ke dalam medium tersebut (botol). Mata tunas mulai berakar setelah 26 hari ditempatkan di medium dan mulai tumbuh tunas setelah 3 hari tumbuh akar.
d)     Penyemaian bibit
Proses selanjutnya bibit dipindahkan di medium penyemaian yang berupa pasir yang sudah steril (setelah mata tunas sudah berakar dan bertunas di dalam medium), dengan kedalaman tanam disesuaikan dengan ukuran bibit. Setelah ditanam, kemudian ditutup dengan plastik bening agar mendapatkan cahaya lampu dan tempatkan di tempat yang terbebas dari mikroorganisme (aseptik). Buka penutup plastik bening pada sore dan malam hari sekitar 1-2 hari sebelum bibit dipindahkan ke kebun.
e)      Penanaman bibit di kebun

      Bibit krisan dapat dipindahkan di kebun ketika sudah tumbuh dengan ketinggian kurang lebih 9cm dan memiliki daun bebrapa helai

slametwinarko.blogspot.com/2016/03/kultur-jaringan-tanaman-krisan.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar